dalam hal budidaya benih gurame, yang menjadi kendala salah satunya adalah benih gurame terserang penyakit,hal ini membuat benih gurame menjadi lemas,tidak nafsu makan bahkan benih gurame bisa mati.
berikut berbagai macam Penyakit Parasiter yang sering di jumpai pada benih gurame dan cara mengobatinya, parasiter
banyak disebabkan oleh jasad renik, berupa bakteri, jamur, virus, protozoa,
nematoda dan udang renik.
1. Bintik putih
Penyakit ini
disebabkan oleh protozoa yang memiliki bulu getar, yaitu Ichthyophthirius
multifillis. Parasit ini biasanya berada di bawah lapisan epidermis kulit.
Gejala yang ditimbulkan adalah warna tubuh gurame menjadi pucat akibat dari
adanya bintik putih di seluruh badan ikan. Gurame terlihat sering
menggosok-gosokkan badannnya ke bagian dasar atau dinding kolam atau terlihat
megap-megap dan sering berkumpul di tempat pemasukan air karena kekurangan
oksigen.
Penyakit ini dapat
menular melalui penggunaan peralatan yang tidak bersih. Penularan juga dapat
terjadi akibat suhu air yang rendah (kurang dai 22 C), kurang makan, atau
tertular penyakit dari ikan liar.
Cara
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan merendam gurame dalam larutan formalin 25 ml/m3 air.
Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara menaikkan temperatur
air kolam hingga mencapai 28 C.
2. Myxosporeasis
Penyakit
myxosporeasis disebabkan oleh parasit Henneguya sp. dan Thellohanelus sp. yang
menyerang insang. Gurame yang diserang penyakit ini biasanya sudah berumur satu
bulan ke atas. Gejalanya muncul pembengkakan di bagian insang dan badan gurame.
Penyakit ini
muncul akibat kualitas air yang buruk, kandungan oksigen terlarut rendah, dan
kepadatan gurame yang terlalu tinggi. Penyakit ini dapat menular melalui air.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan mengendapkan air sebelum diisikan kolam.
Sementara itu, penanggulangannya dilakukan dengan mengeringkan kolam karena
belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit ini.
3. Cacing insang
dan cacing kulit
Penyakit cacing
insang dan cacing kulit disebabkan oleh parsit Dactylogyriasis yang menyerang
benih gurame, terutama di bagian badan dan insang. Gejalanya gurame tampak
lemah, nafsu makan berkurang, dan sering berkumpul di permukaan air karena
kekurangan oksigen.
Timbulnya penyakit
ini didukung oleh kualitas air yang buruk, kekurangan pakan, padat tebar
terlalu tinggi, dan suhu udara rendah. Penyakit ini dapat menular melalui media
air.
Mengatasinya dapat dilakukan dengan cara merendam benih gurame di dalam
larutan garam dapur 300 g/m3 air selama 24 jam. Selain itu, benih juga dapat
direndam di dalam larutan formalin 40 ml/m3 air selam 24 jam.
4. Kutu ikan
Penyakit kutu ikan
disebabkan oleh Argulus sp. yang menyerang dengan cara menggigit seluruh bagian
badan gurame. Di sekitar bekas gigitan akan terjadi perdarahan, yang jika
dibiarkan akan semakin menghebat. Munculnya penyakit ini dipengaruhi oleh
kualitas air yang buruk. Penularan terjadi melalui air dan kontak langsung
antara gurame yang sehat dan gurame yang sakit.
Penyakit ini dapat diatasi
dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam dapur 1,25% selama 15 menit.
5. Bercak merah
Penyakit bercak
merah disebabkan oleh bakteri Aeromonas punctata dan Aeromonas hydrophylla.
Badan gurame yang terserang penyakit ini akan berwarna gelap dan kulitnya
menjadi kasar (akibat kekurangan lendir). Selain itu, benih gurame sering muncul ke
permukaan air akibat kekurangan oksigen.
Mengatasi penyakit
ini dapat dilakukan dengan cara merendam benih gurame di dalam larutan Oxytetracyclin
205 ppm. Perendaman dilakukan tiga kali berturut-turut, masing-masing selama 24
jam. Mengobati bekas luka dapat dilakukan dengan mengoleskan obat merah yang diencerkan.
Satu mililiter obat merah dilarutkan ke dalam 10 ml air, lalu dioleskan ke
bagian badan benih gurami yang luka.
Namun, sekarang
telah ditemukan vaksin khusus yang dikenal dengan nama vaksin Hydovet untuk
mencegah serangan bakteri Aeromonas hydrophylla. Caranya dengan menyuntikkan
vaksin Hydrovet 0,8 ml/kg bobot tubuh ke induk betina. Vaksinasi maternal pada
induk ikan gurame ini ternyata dapat meningkatkan ketahanan benih terhadap
serangan bakteri A. hydrophilla. Hal ini diketahui dari terbentuknya antibodi
pada induk dan benih gurame melalui titer antibodi. Vaksinasi maternal dapat
menekan angka kematian ikan gurame hingga 10%. Teknik vaksinasi ini dapat
dilakukan dengan mudah. Vaksin yang digunakan juga telah tersedia di pasaran
degan harga relatif murah jika dibandingkan dengan kenaikan produksi.
6. Columnaris
Penyakit
columnaris disebabkan oleh parasit Flexybacter columnaris yang menyerang bagian
sirip dan insang. Penyakit ini menyerang benih gurame dengan berbagai umur. Gejala klinis
yang muncul adalah ikan menjadi lemas, nafsu makan berkurang, sirip rontok, dan
insang terkelupas.
Penyakit ini dapat
menulai melalui media air atau kontak langsung antara ikan sehat dengan ikan
yang sakit.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melaksanakan sanitasi yang baik,
mendesinfeksi peralatan, dan mengurangi kandungan bahan organik terlarut di
dalam kolam. benih Gurami yang telah terserang penyakit ini, dapat diobati dengan
cara direndam di dalam larutan Baytril 8-10 ppm selama 24 jam.
7. Trichodina
Penyakit
trichodina disebabkan oleh parasit Trichodina sp. yang menyerang bagian kulit
dan sirip ikan gurame. Serangan penyakit ini menyerang bagian kulit dan sirip ikan.
Serangan penyakit ini menyebabkan luka di sekujur bagian yang diserang.
Penyakit ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam
dapur 500-1.000 mg/l air selama 24 jam atau di dalam larutan formalin 25 mg/l
air selama 24 jam.
8. TBC
Penyakit TBC sudah
menjadi momok bagi para peternak ikan gurami. Penyakit ini dapat menimbulkan
kematian hingga 30-70%. Bahkan, jika lingkungan kurang mendukung, seperti air
kotor dan suhu dingin, tingkat kematiannya dapat melebihi angka tadi. Kerugian
yang ditimbulkan tidak hanya secara kuantitas, tetapi harga jualnya pun turun
karena tampilan ikan jelek. Penyakit TBC disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium sp., terutama Mycobacterium fortuitum.
Parasit
Mycobacterium fortuitum akan menyerang benih gurame, terutama yang sedang stres.
Stres pada benih gurame dapat disebabkan oleh kualitas air yang jelek. Kualitas air
kolam yang menurun dapat disebabkan adanya tumpukan limbah rumah tangga di
dasar kolam. Keadaan ini menyebabkan bahan organik terlarut meningkat dan pH
air menurun. Pada keasaman yang tinggi, oksigen terlarut menjadi sedikit dan
bakteri yang berkembang menjadi lebih patonegik sehingga benih ikan gurame mudah
stres.
Perbedaan suhu
yang ekstrim antara malam dan siang (10-15 C) juga dapat mengakibatkan ikan
lemah dan stres. Karena itu, serangan penyakit ini biasanya akan mengganas pada
peralihan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Jika suhu air di bawah
26 C, bakteri dengan mudah menembus sistem pertahanan ikan.
Gejala benih gurami
terserang penyakit TBC di antaranya nafsu makan berkurang. Akibatnya, sistem peredaran darah akan terganggu. Selain itu, adanya serangan bakteri atau
patogen akan merangsang produksi lendir yang berlebih. Lendir ini berfungsi
sebagai benteng pertahanan. Semakin gencar serangan bakteri, lendir yang
dikeluarkan pun semakin banyak. Akibat produksi lendir yang berlebihan,
lama-kelamaan kulit benih gurame mengering dan terkelupas.
Gejala lain benih gurami
terserang TBC adlaah kulitnya menjadi lebih gelap dan timbul bercak merah
hingga perdarahan di sekujur badan. Bercak merah biasanya ditemukan pertama
kali di pangkal ekor atau di daerah sekitar anus. Jika bakteri lama berada di
dalam badan benih gurami, akan muncul benjolan-benjolan kecil dan bagian perut ikan
membengkak (dropsy). Bahkan, mata benih gurami akan menonjol seperti hendak jatuh.
Benjolan atau pembengkakan ini disebabkan adanya pertumbuhan granuloma atau
tubercle. Jika benjolan tersebut dibedah akan tampak granuloma berupa
bintil-bintil kecil berwarna kemerahan. Granuloma ini merupakan hasil
metabolisme bakteri Mecobateriosis fortuitum. Granuloma juga dapat menyebar ke
organ lain, seperti ginjal, hati, dan limfa.
Penyakit TBC
bersifat zoonosis, yaitu selain menginfeksi ikan, juga dapat menyerang manusia.
Karyawan yang sering menangani ikan sakit dapat tertular penyakit ini jika
tidak segera mencuci tangan. Jika terinfeksi biasanya akan timbul bintik-bintik
atau koreng pada kulit kita. Dengan kemampuan virulensi yang tinggi, infeksi
ini dapat menyebar dengan cepat.
TBC pada benih gurami
termasuk penyakit yang sulit diobati. Jika seekor benih gurami terserang bakteri
mematikan ini, seisi kolam dapat tertular. Penularan dapat terjadi melalui air,
kontak tubuh, atau peralatan yang digunakan. Namun, jika sudah terjadi serangan
dapat diatasi dengan menggunakan antibiotik Rifampisin dosis 10-20 mg/kg bobot
tubuh atau Etambutol-HCl dosis 15-20 mg/kg bobot tubuh. Pengobatan ini
memerlukan waktu sekitar enam bulan, bahkan lebih.
Melihat proses
pengobatan yang memakan waktu lama dan obat yang digunakan juga banyak,
otomatis biaya yang dikeluarkan juga bertambah. Karena itu, satu-satunya jalan
yang efektif agar benih gurame tidak terserang penyakit TBC adalah pencegahan secara
intensif. Pencegahan dapat dilakukan melalui perawatan kolam yang benar,
menjaga kualitas air tetap baik, dan memberikan pakan yang benar.
Perawatan kolam
yang dilakukan dengan cara membersihkan kolam setelah proses pemanenan. Lumpur
dan kotoran yang mengendap di dasar kolam dibuang. Lapisan tanah di dasar kolam
dibalik, lalu ditabur kapur pertanian sebanyak 100-150 g/m2. Jika tanah dasar
kolam beraksi asam, dosis kapur yang ditambahkan dapat mencapai 200 g/m2.
Selain sebagai desinfektan, kapur juga berguna untuk menurunkan keasaman air.
Setelah diberi kapur, kolam dikeringkan selama satu minggu.
Sebelum dimasukkan
ke dalam kolam, benih gurami sebaiknya diaklimatisasi agar terhindar dari
stres. Caranya dengan menambahkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam
kantong pengangkutan. Setelah itu, kantong pengangkutan yang sudah terbuka itu
diapungkan di atas permukaan air kolam dan ikan dibiarkan keluar dengan
sendirinya.
Agar tidak mudah
terserang penyakit (meningkatkan daya tahan tubuh), benih gurame sebaiknya diberi
imunostimulan. Misalnya, vitamin C dosis 150-500 mg/kg bobot tubuh yang
diberikan selama 7-10 hari ketika benih gurame seukuran korek api. Selain
vitamin C, benih gurame juga dapat diberi lipopolisakarida dosis 10 mg/liter.
Untuk menekan pertumbuhan bakteri, pakan benih ikan gurami dapat ditambah dengan
probiotik, seperti Super NB atau Aquasin dosis 1ppm seminggu sekali.
semoga bermanfaat